MEMAHAMI REALITAS IKLAN
Kontruksi Realitas dan Makna.
Iklan telah menjadi bagian dari masyarakat industri kapitalis yang  begitu  powerful  dan  sulit dielakan.  Ia  menyediakan gambaran  tentang  realitas  dan  sekaligus  mendefinisikan keinginan  dan  kemauan  individu.Apa  yang  dimaksudkan dengan  realitas.  Alfred  Schutz  menjelaskan  bahwa  setiap manusia didalam pikirannya membawa stock of knowledge,
•Apa yang dimaksudkan dengan realitas. Alfred Schutz  menjelaskan bahwa setiap manusia didalam pikirannya membawa stock of knowledge, Stock knowledge yang mereka   dapatkan    melalui    proses    sosialisasi menyediakan frame of reference atau orientasi  yang mereka  gunakan  dalam  menginterpretasikan  obyek-obyek  dan  peristiwa-peristiwa  yang  mereka  lakukan sehari-hari 
•Bagi Schutz, Stock of knowledge dari orang-orang itulsh realitas  mereka.  Realitas  itu  dialami  sebagai  dunia obyektif yang ada “di luar 
Dengan  pola  yang  sama,  Peter  L.  Berger  dan  Thomas Luckmaan   juga   menganalisis proses dimana   orang menciptakan   realitas  kehidupan   sehari-hari.   Mereka menganggap  proses  tersebut  sebagai  konstruksi  realitas simbolik.  Dunia  social  adalah  produk  manusia,  ia  adalah konstruksi manusia  dan  bukan sesuatu  yang  given. Dunia social dibangun melalui tifikasi-tifikasi yang memiliki referensi utama pada obyek dan peristiwa yang dialami secara rutin oleh individu dan dialami bersama dengan orang lain dalam sebuah pola yang taken for granted. Dan generasi yang lebih muda akan mempelajari realitas ini melalui proses sosialisasi.
Erving Goffman, lebih jauh menjelaskan bahwa dunia social itu pada dasarnya adalah ambigu, dimana obyek, aktor, kondisi dan peristiwa tidak memiliki makna yang inheren. Makna   diciptakan   melalui   tindakan   manusia   yang mengorganisasi,  mengkarakterisasi  dan mengindentifikasi pengalaman dengan menggunakan definisi yang bersama. Makna tersebut dibatasi dan sifatnya relatif terhadap konteks social dimana makna itu diciptakan.
Dari kajian kontruksi realitas tersebut diatas dapat ditarik benang  merah  bahwa  aktivitas-aktivitas  manusia  yang bertujuan itu, berada dalam struktur-struktur makna. Obyek dan  peristiwa  yang  terjadi  dalam  dunia  sehari-hari  tidak memiliki makna yang universal dan inheren, yang ada adalah makna yang diciptakan dan dibentuk secara social. Makna-makna  bentukan  tersebut  merefleksikan  struktur  konteks social histories dimana makna tersebut diciptakan. Kaitkan dengan iklan, iklan itu bukanlah sebuah cermin realitas yang jujur. Iklan adalah cermin yang cenderung mendistorsi,   membuat   menjadi   cemerlang,   melebih-
lebihkan, dan melakukan seleksi atas tanda-tanda atau citra. Tanda-tanda atau citra itu tidak merefleksikan realitas tetapi mengatakan sesuatu tentang realitas. Sesuai dengan pendapat  Marchand, “…iklan  itu  adalah  sebuah  cermin masyarakat , A mirror on the wall, yang lebih menampilkan tipuan-tipuan yang halus daripada menampilkan refleksi-refleksi realitas social”. Menurut  Schudson,  iklan  tidak  merepresentasikan realitas tetapi tidak pula membangun dunia yang betul-betuk fiktif . iklan berada pada ruang realitasnya sendiri,
yang  disebut  sebagai  capitalist  realism.  Scudson menjelaskan    capitalist      realism dengan   cara membandingkan dengan socialist realism, yaitu sebuah seni  yang  merepresentasikan  realitas  konret  yang secara        historis  benar    dalam    perkembangan revolusionernya
Seni socialist realist harus setia pada kehidupan tapi dengan cara-cara yang sudah ditentukan yaitu;
1. Seni seharusnya menggambarkan realitas  dengan  cara yang sederhana
2. Seni seharusnya menggambarkan kehidupan meskipun   tidak  betul-betul mirip. Tapi berusaha   untuk menyamai atau melebihi nilai kehidupan.
3. Seni seharusnya menggambarkan realitas hanya   dengan cara membuka signifikansi social yang lebih besar.
4. Seni seharusnya membawa optimisme dan mengambarkan realitas sebagai kemajuan masa  depan.
5.  Seni seharusnya memfokuskan pada kehidupan kontemporer, menciptakan citra-citra yang menyenangkan tentang fenomena social baru, kisah-kisah masyarakat yang baru dan membantu
masyarakat memahaminya.
Dari hal ini dapat di lihat bahwa adanya sesuatu yang paralel antara apa yang dilakukan oleh socialist realism dan apa yang dilakukan oleh periklanan dalam masyarakat kapitalis
REPRESENTASI
Untuk  menggambarkan  ekspresi  hubungan  antara  iklan dengan  realitas,  konsep  representasi  sering  digunakan. Secara semantic representasi diartikan  to depict, to be a picture of atau to act or speak for (in the place of, in the name of ) somebody. To represent bisa didefinisikan sebagai to stand for. Ia menjadi sebuah tanda (a sign) untuk sesuatu atau
seseorang sebuah tanda yang tidak sama dengan realitas yang  direpresentasikan  tapi  dihubungkan  dengan  dan mendasarkan diri pada realitas tersebut.
Dalam proses representasi ada tiga elemen yang terlibat
(1)  sesuatu yang dipresentasikan disebut sebagai obyek,
(2)  representasi itu sendiri yang disebut sebagai tanda,
(3)  seperangkat aturan yang menentukan hubungan tanda
dengan pokok persoalan yang disebut dengan coding.
Pada   konsep   representasi,   citra   atau   tanda-tanda dikonseptualisasikan  sebagai  representasi  realitas  yang  dinilai  kejujuran,  reliabilitasnya  dan  juga  ketepatannya. Konsep representasi itu sendiri bisa dibagi dua yaitu true representation dan dissimulation atau false representation. Dissimulation  ini  menggunakan  citra-citra  dan  ideology-idiologi yang tersembunyi sehingga sehingga menimbulkan distorsi-distorsi. Namun dalam dessimulation , the real yang tersembunyi masih bisa dikembalikan lagi
Representasi  realitas  didalam  iklan  sendiri  sering  dianggap sebagai representasi yang cenderung mendistorsi. Di satu sisi iklan merujuk pada realitas social dan dipengaruhi oleh realitassocial sedangkan disisi lain, iklan juga memperkuat persepsi tentang realitas dan mempengaruhi cara menghadapi realitas. Representasi realitas oleh iklan tidak mengemukakan realitas dengan apa adanya, tapi dengan perspektif baru.
SIMULASI DAN SIMULAKRUM
Pendapat  yang  lain  yang  menjelaskan  hubungan  antara representasi  media (Iklan) dengan realitas berasal dari Jean Baudrillard.  Menurut  Baudrillard  apa  yang  ditampilkan  iklan bukanlah  sebuah  representasi  tapi  sebuah  simulai  yaitu penciptaan model-model realitas yang tidak memiliki asal usulatau referensi (realitas hiper). Realitas dalam iklan lebih bersifat simulasional.
Simulasi ini menggambarkan sebuah visi tentang dunia yang ditransformasikan   melalui   imajinasi-imajinasi.   Hal   ini membawa fantasi, citra dan makna-makna simbolik seperti yang  ditampilkan  dalam  iklan  tidak  merujuk  pada  realitas social yang ada dalam masyarakat. Tapi fantasi, citra itu justri menjadi determinan dari realitas social, menjadi model-model yang menyusun realitas social dan menghapus perbedaan antara the model dan the real.
Baudrillard memandang iklan itu hanya sebuah presentasi tanda-tanda tanpa referensi, bahwa tanda-tanda itu hanyalah simulasi-simulasi dan nothing more. Ia tidak setuju dengan
pendapat   ada   realitas   dibalik   tanda-tanda. (Falserepresentation) .
Dengan demikian tanda tidak lagi memiliki hubungan dengan realitas apapun tanda tidak lagi mempresentasikan apapun. Tanda-tanda  dalam  iklan  tresebut  sifatnya  self  referential artinya  tanda-tanda   tersebut  hanya  menjalani  pemenuhan maknanya sendiri. Mereka tidak terkait dengan masalah social budaya yang lebih luas. Tanda-tanda itu bersifat otonom dan tidak membutuhkan kaitan dengan referensial atau kontekstual dengan apapun diluar dirinya. (simulakrum murni).
Dengan  demikian  konsep  simulasi  dari  Baudrillard  ini berseberangan konsep Representasi maupun dessimunlation . Simulasi membalik hubungan antara representasi dan yang dipresentasikan (realitas).  Jika  dalam  konsep  representasi realitas atau referensi tetap bisa ditemukan dibalik citra atau tanda.
Lain halnya dengan simulasi, yang menggantikan the real world dengan pseudo-world melalui proliferasi alam citra atau tanda dan model-model yang muncul menjadi the real dan di yakini sebagi the real. Dengan demikian terjadi jalinan antra citra atau tanda atau model dengan the real yang tidak mungkin lagi untuk dibedakan satu sama lainnya.
Menurut Boorstin, iklan merupakan gabungan antara pseudo event dan pseudo ideal. Pseudo event adalah peristiwa yang dimunculkan seolah-olah natural atau spontan padahal sebetulnya  diatur  dan direncanakan atau diskenarionkan sedemikian rupa oleh kepentingan tertentu untuk membuat impresi  pada  opini  publik.  Sedangkan  pseudo  ideal
merupakan  representasi  suatu  nilai  yang  didalamnya terdapat model perilaku dalam bentuk impresionistikIklan  mengabungkan  peristiwa-peristiwa  yang  dikonstruksi
atau dicitrakan dengan nilai-nilai ideal dari sebuah model perilaku   untuk   mendukung   munculnya   realitas   yang diinginkan. Akibatnya masyarakat menjadi kehilangan kontak dengan realitasnya dan juga nilai-nilai ideal yang selama ini dipegang dan diyakini. Nilai-nilai ideal itu kini digantikan oleh citra-citra yang superficial.
ANALISIS SEMIOTIKA IKLAN
Iklan  merupakan  representasi  dari  suatu  realita  dengan menggunakan tanda-tanda yang mengandung makna yang ditunjukan lewat visual iklan baik teks maupun gambar. Salah satu cara untuk memahami kontruksi makna maupun konstruksi realitas di dalam sebuah teks salah satu cara yang bisa diterapkan adalah semiotic.
Semiotika di kembangkan oleh Ferdinand de Saussure dari Perancis dan Charles Sanders Peirce dari Amerika serikat. Saussure menekankan perhatian pada dasar-dasar linguistic umum.ia memandang bahasa dari sebuah sistem tanda dan lebih  menekankan  pada  struktur  yang  menyusun  tanda. Sedangkan  Peirce  lebih  menekankan  pada  konsepsi-konsepsi yang ada diluar tanda
Semiotik  secara  sederhana  di  definisikan  sebagai  teori tentang tanda atau sistem tanda. Tanda atau sign adalah sesuatu  yang  memiliki  makna,  yang  mengkomunikasikan pesan-pesan kepada seseorang. Sebuah tanda (sign) dalam sistem  makna  dipisahkan  kedalam  dua  komponen  yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah materi yang membawa makna sebagai dimensi konkret tanda sedangkan  signified  adalah  maknanya, merupakan  sisi abstrak tanda, makna yang dilekatkan pada tanda.
Menurut Peirce, sebuah tanda itu mengacu pada suatu acuan dan representasi adalah fungsi utamanya. Hal ini sesuai  dengan  definisi  dari  tanda  itu  sendiri  yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik dan harus merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda tersebut.
Dalam pengertian semiotic yang termasuk tanda adalah ;kata-kata, citra, suara, bahasa tubuh atau gesture dan juga obyek
Menurut Peirce hubungan tanda dengan acuannya memiliki tiga bentuk yaitu; 
1. Icon hubungan berdasarkan atas kemiripan
2. Index.hubungan berdasarkan hubungan sebab akibat
3. Symbol hubungan berdasarkan atas  kesewenangan
Menurut Rolland Barthes sign memiliki makna denotative dan memiliki makna tambahan yaitu konotatif. Makna denotasi  digunakan  untuk  mendeskripsikan  makna definisional, literal, gamblang atau common sense dari sebuah tanda. Sedang konotasi mengacu pada asosiasi-
asosiasi social budaya dan personal
Pemaknaan  atas  tanda  tidak  bisa  dilepaskan  dari referensi social budaya dimana tanda itu berada. Artinya makna  konotatif  dari  sebuah  tanda  sifatnya  sangat konstektual. Makna sebuah tanda tergantung pada kode dimana  tanda  tersebut  berada.  Kode-kode  tersebut memberikan sebuah kerangka dimana didalamnya tanda-tanda menjadi masuk akal dan bisa dipahami
Iklan sebagai  sebuak  teks adalah sistem  tanda  yang terorganisir menurut kode-kode yang merefleksikan nilai-nilai tertentu. Setiap pesan dalam iklan   memiliki dua tingkatan makna yaitu makna yang dinyatakan secara eksplisit  dipermukaan  dan  makna  yang  dikemukakan secara implisit dibalik permukaan tampilan iklan.
Oleh  karena  itu  analisis  semiotic  sangat  tepat  untuk menganalisa suatu iklan, seperti dinyatakan oleh William Leiss “ sebagai pendekatan semiotic bahwa makna iklan tidaklah mengambang pada permukaan dan menunggu untuk diinternalisasi  oleh siapa saja yang melihatnya.
Tapi  makna  itu  dibangun  secara  luar  biasa,  dimana tanda-tanda   yang   berbeda   diorganisir   dan   saing berhubungan satu sama lain, baik dengan tanda-tanda didalam  iklan  itu  sendiri  maupun  referensi-referensi eksternal pada belief system yang lebih luas’.
Bagaimana cara kerja analisa suatu teks iklan,    iklan diinterpretasikan dengan cara mengindentifikasi tanda-tanda yang terdapat dalam masing-masing teks. Untuk mengetahui makna-makna yang dikontruksikan didalam iklan tersebut baik makna denotative atau konotatif. Untuk itu pada iklan harus dipisahkan dulu tanda-tanda verbal dan tanda-tanda visualnya
Kemudian tanda diuraikan berdasarkan strukturnya yaitu penanda dan petanda agar bisa terbaca makna denotative atau  konotatifnya.  Setelah  itu  akan  dilihat  bagaimana keterkaitan antara tanda yang satu dengan tanda yang lainnya dalam teks iklan tersebut. Makna-makna apa yang
dimunculkan dari hubungan antara tanda-tanda tersebut atau apa makna tanda secara keseluruhan dari masing-masing teks iklan.
Dari hal ini akan memungkinkan terbacanya nilai-nilai atau belief  system  yang  digunakan  sebagai  referensi  untuk mengkontruksi  makna  sebuah  iklan.  Dengan  demikian akan diketahui tanda tanda yang memiliki referensi realitas dan tanda-tanda yang sama sekali tidak memiliki referensi
realitas. Pada akhirnya akan terlihat pula sifat hubungan antara tanda-tanda dalam iklan tersebut dengan referensi atau realitas.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar